KASIH IBU

Seperti biasa, setiap Sabtu sore ataupun Minggu sore, tak pernah aku lewatkan sebuah acara memasak di salah satu stasiun televisi. Aku mengenal acara ini baru tahun ini, tahun lalu aku tak pernah menontonnya. Kenapa? Karena tahun lalu aku masih di Perancis.

Acara ini memang acara masak memasak, namun tak terlalu resmi seperti acara masak memasak yang lainnya. Hanya sebuah acara reality show lomba memasak untuk menjadi seorang master chef. Dari acara ini yang bisa aku ambil adalah trik memasak dan terkadang menu masakan yang baru. Ditambah jurinya ada yang keren, jadi seneng aja ngelihatnya. Continue reading “KASIH IBU”

Orang-orang dengan berwatak baik disekelilingku

Hari ini kembali aku membaca tulisannya mas Andi di blognya, sebuah kalimat indah mulai aku temukan di tulisan tersebut. Kalimat indah yang sampai saat ini selalu terngiang dalam ingatanku bahkan tersimpan rapi dalam lubuk hati ini.  Kalimat itu adalah

“Orang-orang berwatak baik, konon, berani melakukan lebih dari yang seharusnya dilakukannya, sepanjang kelebihan itu adalah kebaikan. They will not only satisfy, but also surprise you sometimes.”

Kalimat tersebut mengingatkanku kepada seseorang yang semalam sempat berbincang-bincang di BBM. Jarak yang memisahkan kami dan waktu yang berbeda serta kesempatan yang sangat langka untuk berdiskusi, namun tak bisa membuat kami hilang kontak. Yah semalam temanku itu berkata :

“Aku baru sadar akhir-akhir ini, kalo masih kudu banyak belajar. Dikelilingi orang-orang hebat yang memberikan “contoh”. Jadi berasa “kecil”, tapi yah, lakukan apa yang bisa kulakukan saja”.

Kulihat kembali orang-orang di sekelilingku, mereka bukan hanya membanggakan namun ternyata banyak sekali memberikan kejutan buatku. Continue reading “Orang-orang dengan berwatak baik disekelilingku”

Toleransi

Kembali aku bertemu dengan ramadhan tahun ini namun ada yang beda dengan yang aku alami tahun lalu. Tahun lalu awal Ramadhan aku lalui di beberapa kota dan negara di Eropa. Hal yang paling aku rasakan adalah panjangnya puasa kala itu. Hampir 18 jam aku puasa namun tak pernah aku rasakan lemas, panas ataupun niat untuk membatalkan puasa itu.

Masih aku ingat saat awal puasa, saat itu aku lewati bersama teman-teman di Paris. Teman-teman yang baru aku kenal namun sudah menganggapku seperti keluarga. Kesibukan memasak di dapur seorang teman di Paris untuk berbuka, berdebat kapan waktunya berbuka hingga berdiskusi tentang tatacara orang bertarawih yang berbeda-beda. Rasanya baru kemarin kami bersama-sama menikmati berkah Ramadhan di Paris namun kini sudah harus bertemu kembali Ramadhan.

Sangat berbeda sekali suasana yang aku rasakan antara Ramadhan di negeriku sendiri dengan di negeri orang. Bayangkan saja sejak mata ini terbuka hingga mata ini tertidur, semua televisi menyiarkan acara yang berbau Ramadhan. Mulai dari acara Sahur bareng hingga acara menjelang buka puasa. Mulai kuis sampai acara sendau gurau yang isinya guyonan yang melebihi batas. Terkadang aku heran, ini yang lucu apa ya ko pada ketawa semua.

Dibandingkan saat aku melewati Ramadhan di Eropa, hanya kesepian yang aku rasakan. Tak ada suara azan ataupun imsak, tak ada suara petasan, tak ada suara orang ngaji. Bahkan tak pernah aku menemukan restauran, atau cafe yang jendelanya ditutup. Apalagi orang-orang terutama perempuan yang memakai jilbab. Boro-boro pakai jilbab yang ada malah cewek-cewek yang memakai baju yang kurang kain. Continue reading “Toleransi”